Kamar dan Sekardus Ide

Minggu, 11 Desember 2011
Share this history on :

Aku memang bukan "mahasiswa kamaran". Yakin kukatakan, bukan! Senin-Jum'at biasanya selalu kuhabiskan sampai sore bahkan malam di kampus. Mengerjakan majalah LPM Hayamwuruk atau sekadar bersenda-gurau dengan kerabat seprodi atau seorganisasi. Bagaimana dengan Sabtu-Minggu? Sangat jarang aku memiliki kedua hari tersebut, ada-ada saja kegiatanku di luar sana; seminar, meliput, rapat evaluasi, dsb. Jadi bagaimana kamar bisa kuanalogikan seperti sekardus ide?

Lihatlah gambar di atas. Tidak ada yang luar biasa, bahkan sangat sederhana, bahkan sah kalau kau bilang jelek, kampungan, atau berantakan. Di sana hanya ada kasur yang tidak lagi empuk, untunglah ada stroberi yang sedikit menyegarkan ketika aku berbaring. Sebuah laptop, tetikus, hardisk external, dan modem selalu menjadi bunyi-bunyian di sana. Sebuah lampu baca yang menolongku karena tidak bisa lama membaca dengan posisi duduk. Sebuah printer bertutup kain merah yang belakangan agak rewel. Dan tumpukan buku yang belum kubaca--aku memang menumpuk buku yang belum kubaca di dekat tempat tidur, sedangkan buku-buku yang sudah kubaca ada di atas lemari pakaian. Oh ya, tak lupa deretan poster beberapa acara sastra dan jurnalistik yang menarik kutempel di dinding. Sederhana sekali.

Bagiku, ide selalu tiba ke dalam bandara pikir ketika ia dibiarkan bergelut sendiri, tenang. Ketika sudah di kamar aku memang tak suka diganggu, karena kesempatan yang sedikit di sana kugunakan untuk menimba pergram ide. Jika itu cukup berat, maka akan kutuliskan di dalam laptopku. Aku memang suka kesendirian di dalam kamar, bukan karena aku penyendiri, tapi semata karena aku tak mau ide itu lepas, kabur tak dapat kukejar.

Aku juga butuh waktu membaca. Maka aku mengoleksi buku yang kurasa menarik. Kata Teguh Hadi Purnomo--alumni Hayamwuruk, dalam membaca tidak boleh terpatok pada satu bidang keilmuan. Pelajarilah apa saja, walau sedikit-sedikit tapi dapat digunakan jika sewaktu-waktu tuntutan membuat kita harus mengeluarkan segala potensi. Aku setuju perkataan ini walau pun hal ini belum sanggup kulakukan. Entahlah, apakah belum sanggup atau kemauan dan usaha yang belum kuat.

Dari pergram ide itu, aku mengumpulkannya dalam kardus (baca: karya). Maka aku berharap blog ini juga menjadi salah satu kardus itu. Aku memang menuliskan apa pun di sini, aku tidak peduli dengan teknik, karena konteksnya di sini adalah rumah pribadiku. Tempat aku bangun tidur, mandi, sarapan, kuliah, tertawa, berduka, dan menyimak betapa aku kecil di lautan ilmu Tuhan.

Maka, cintailah kamarmu, maka ia akan mengantarkanmu pada ide dan ilmu.

QHI

Related Posts by Categories

0 komentar:

Posting Komentar

Selesai baca, tinggalkan jejak ya!