Sempat
terlintas pertanyaan di benakku, kenapa novel kedua dari Supernova diberi judul Akar?
Judul yang baik tentu dapat mengundang rasa penasaran bukan? Yup, dari sanalah aku kembali berkubang dengan yang dipikir dan sempat terpikir oleh Dee untuk menemukan jawabannya. Tidak begitu
nampak korelasi antara buku ini dengan serial yang pertama, Kesatria, Putri dan Bintang Jatuh.
Namun, dengan membaca buku yang pertama, aku tak perlu beradaptasi begitu lama
dengan daya dan gaya berpikir Dee. Perlu kau tahu, ada keliaran di mata penanya.
Dee
menyuguhkan tokoh-tokoh misterius dalam novel ini. Tokoh dengan identitas tak
sempurna, layaknya titipan dari langit yang jatuh di bumi. Seperti yang satu
ini, pria berkepala plontos dengan tulang yang menonjol di belakang kepala (membuatnya
terlihat seperti monster), ia tak punya rumah menetap, tak tahu tanggal lahir juga
dari rahim mana ia lahir, dan menjadi salah satu anggota komunitas punk. Satu hal yang ia tahu adalah
namanya, Bodhi Liong.
Dalam
punk scene—komunitas punk—yang dibentuk
oleh Bong, pria tak terurus namun penuh “ledakan”. Bong selalu berapi-api
ketika menjelaskan tentang pemikirannya akan persoalan-persoalan hidup. Baginya,
anarkisme bukanlah dengan cara pengrusakan, namun ditunjukkan dengan sikap
egaliter dalam sebuah kelompok. Ia membenci kemapanan, itulah yang ia tularkan
kepada anggota-anggotanya yang tak mengerti makna sejadi menjadi anggota anak punk.
“Kita
harus percaya kalau semua orang sama. Ya, perempuan, ya, laki, ya, orang China,
ya, normal, ya, homo. Semuanya sama. Patriotisme itu taik. Perang itu goblok. Media massa apalagi. Mereka Cuma butuh
uang. Nggak Cuma di sini, tapi di seluruh dunia...” (Akar, Dee: hlm. 31)
Manusia
selalu hidup di benang perbatasan antara waras dan gila, antara kata mutiara
dan umpatan durjana adalah manusia paling kesepian. Lautan manusia lain hidup
nyaman di arena “wajar-wajar saja”. Bukan aku. Aku hanya bisa memandanginya
macam gelandangan di bukit sampah menatap gedung apartemen mewah. Seperti Pluto
nan beku menatap bumi nan biru. Namun, kita sama-sama manusia atau... bukan?
(Akar, Dee: 26)
Bodhi
memiliki tugas orientasi terhadap anggota baru komunitas mereka. Ia dikenal
seorang yang pandai melakukan meditasi, tak hanya untuk dirinya tapi juga
terhadap orang lain. Meditasi yang ia lakukan dengan cara bercerita dari awal
ia ditemukan hingga ia bertemu dengan jalan hidupnya yang lain, mengenal Akar
yang tak berwujud.
Bodhi
yang baru belajar jalan ditemukan Guru Liong—seorang biksu, nama sebenarnya
Zang Ta Long—di Wihara Pit Yong Kiong, Lawang. Guru Liong kemudian
mengangkatnya sebagai murid sekaligus anak angkat di wihara tersebut. Nama
Bodhi—yang terdengar mirip Budha—adalah pemberian dari Guru Liong, baginya
Bodhi bukanlah sembarang bayi, karena sebelum ditemukan ia sudah mendapat kabar
lewat mimpinya setiap hari selama seminggu.
Guru
Liong mengajarkan Bodhi segala hal, dari mulai cara beribadah, melafalkan do’a-do’a,
belajar wushu, bahkan ia
disekolahkan. Selama delapan belas tahun berada di wihara, Bodhi mengalami
masa-masa sulit karena keanehan yang melandanya. Ia bisa melihat benda-benda
kasat mata seperti kuman-kuman di makanannya. Ia juga bisa menjadi binatang
yang bersitatap dengannya, bahkan seekor lalat. Perubahannya tak mulus, ia
harus mengalami kejang-kejang ketika mengalami perubahan-perubahan. Hingga
akhirnya ia berpikir bahwa di masa lalu ia telah melakukan begitu banyak
kesalahan sehingga ia harus mencecapi “neraka” di dunia, sebagai bentuk reinkarnasi.
Ia
memutuskan untuk meninggalkan wihara. Dengan berbekal tasbih kayu yang
diberikan Guru Liong ia menyinggahi banyak tempat. Ia pun dengan hasil bekerja
sebagai cleaning service dan passport palsu yang dibikinnya dari
seorang pria tua kemudian pergi ke Malaysia dan menetap lama di Thailand. Di
negara kedua itulah ia mulai mengenal siapa
dirinya. Hal itu tak lepas dari perkenalan misteriusnya dengan Kell dan
Star.
Kell
si pengelana yang juga tukang tato tertegun melihat Bodhi saat pertama mereka
bertemu. Ia seperti menjumpai dirinya yang hilang. Ternyata bagi Kell Bodhi
adalah orang terakhir dari tugasnya “terlempar” ke dunia. Loh kok bisa? Akibat suatu kejadian, Kell mengalami rajahan (tato)
di hampir seluruh tubuhnya. Tato itu berjumlah 616, Kell kemudian harus
membagikan tato itu satu per satu kepada orang yang “dipilihnya”. Hingga hari
itu, ia merasa Bodhi adalah orang yang ke 616. Bukan sekadar memilih, Bodhilah
yang akhirnya akan membebaskan dirinya dari dunia dengan merajah satu tato lagi
hingga berjumlah 617, menjadi 618 dengan rajahannya ke tubuh Bodhi.
Setelah
pandai mentato, Bodhi masih belum menemukan “gambarnya” di tubuh Kell. Hingga
ia bertemu Star yang menunjukkannya jalan bahwa ia akan memilih Star
Tedrahedron, geometri suci yang melukiskan siklus dasar sel membelah diri. Maka
sekarang tato itu berjumlah 617, tinggal Bodhi yang harus menemukan tato yang
akan dirajahnya ke tubuh Kell. Sebelum itu terjadi mereka kemudian berpisah.
Ada
bekas berharga yang ditinggalkan Kell di benak Bodhi, yaitu konsep tabur lalu berakar. Bagi Kell ia adalah seorang penabur, sedangkan Bodhi hidup
untuk berakar. Terpampang jelas kalau tugas-tugas itu lahir dari reinkarnasi
yang mereka percayai. “Tugas saya menabur. Tugasmu berakar. You are the Last One. Dan, kamulah
perajah tato ke-618 di tubuh saya.” (Akar, Dee: hlm. 74).
Selanjutnya
kita akan dibawa Dee pada petualangan Bodhi. Ia yang sempat menjadi turis di
Laos. Kembali lagi ke Thailand karena merasa didatangi Guru Liong. Terjebak di
Pailin, tempat di Kamboja yang masih bergejolak. Berhasilkah Bodhi menemukan
kembali Kell dan merajah tato terakhirnya? Lalu siapa Akar yang tiba-tiba
memberi tanda kemunculan di akhir cerita? Anda harus membacanya sendiri. :D
***
Setelah
memberikan banyak pemahaman tentang “fisika-filsafat” di serial Supernova pertama, Dee lewat serial
keduanya hadir dalam konsep-konsep Budhisme. Manusia, haruslah menyelesaikan
atau menuntaskan tugas akibat dari perbuatannya di masa lalu. Bereinkarnasi
kembali ke dunia dalam kemisteriusan. Buku setebal 256 halaman ini jika
dibandingkan dengan serial pertama lebih ringan dengan konsep-konsep yang
dijelaskan secara mengalir.
Pembaca
seperti melihat pengalaman hidup seseorang yang di tubuhnya telah tertanam
sebuah tugas yang harus ia selesaikan. Hal yang lebih berat di buku ini tentu
saja perpindahan latar di berbagai negara. Dee menyelesaikan itu cukup baik.
Kenapa
hanya sekadar cukup baik? Karena Dee masih belum mengeksplor banyak hal dari setting untuk dapat berkonstruksi di
pikiran pembaca. Padahal, jika pembangunan setting
lebih detil lagi, pembaca akan semakin keasyikan dan terbuka mata memandang
dunia. Juga penggambaran wilayah bergejolak yang tak sepenuhnya tertransfer.
Namun, bisalah kubilang Dee menyelesaikannya cukup baik.
Kelebihan
buku ini adalah jalan cerita yang tak tertebak. Fragmen-fragmennya tersusun
secara mengejutkan. Tak ayal, ketegangan sering dirasakan dan menjadikan bacaan
ini tak bisa dilepaskan karena rasa penasaran.
Berikut
beberapa petikan menarik.
“Tidakkah
manusia itu lucu, Bodhi? Selama hidup mereka konstan mengeluh dan mengaduh,
tapi begitu hidup ingin menarik diri, mereka tak pernah rela” (Akar, Dee: hlm.
109-110).
...dunia
ini nisbi, sekalipun daun ganja sama hijau (Akar, Dee: hlm. 147).
...life is all about how to control aur minds,
and how to make use of our limited knowledge (Akar, Dee: hlm. 156)
“Satu-satunya
cara untuk mengetahui asal usulmu adalah keluar, lalu kembali. Kamu pikir si
Adam itu tahu dirinya istimewa kalau tidak dibuang dulu ke bumi?” (Akar, Dee:
hlm. 157)
“...hidup
ibarat memancing Kali Ciliwung. Kamu tidak pernah tahu apa yang akan kamu
dapat: ikan, impun sandal jepit, taik, bangkai, dan benda-benda ajaib
lain yang tak terbayangkan. Dan, nggak perlu dibayangkan. Jangan pernah
tebak-tebakan dengan Ciliwung tentang isi perutnya...” (Akar, Dee: hlm. 244)
Qur’anul Hidayat Idris
10 Juni 2012
19 komentar:
Minggu, Juni 10, 2012
wah sepertinya buku'a menarik
meski belum pnh baca buku sblm'a
Minggu, Juni 10, 2012
wah dari sinopsisnya kayanya bagus novelnya sob, jadi kepengen beli
trims infonya, maaf baru mampir lagi
Minggu, Juni 10, 2012
wah saya membaca dan bingung :D
Minggu, Juni 10, 2012
saya harus cari bukunya!
Senin, Juni 11, 2012
bener2 imajinasi liar sang penulis ya sob :D
Senin, Juni 11, 2012
belum ada disini sob novelnya.. dari sinopsisnya bagus sepertinya itu novel
Senin, Juni 18, 2012
wah, bakal beli akar deh. thanks sharing nya ya.
:)
Senin, Juni 25, 2012
Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
tetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D
Sabtu, Juni 30, 2012
Assalamu'alaykum..kawan gimana kabarnya?lama tak kunjung?
Minggu, Juli 15, 2012
hwaaaa..... langsung tancap gas ke toko buku beli nih novel.... *ngiler*
Selasa, Juli 31, 2012
benarbenar keren dan menarik,,pembaca seperti ikut terlarut dalam kepribadian Bodhi.
Selasa, Agustus 14, 2012
numpang baca2 gan.. sep gan..
Senin, Agustus 20, 2012
blog walking gan :)
www.3nura.blogspot.com
Kamis, Agustus 23, 2012
Pandanglah sesuatu juga dari sudut pandang orang lain, jika itu menyakitkan hatimu, sangat mungkin itu juga menyakiti orang lain itu juga,semangat pagi kawan - kawanku :) selamat beraktivitas....
Jumat, September 14, 2012
(y)
Selasa, September 18, 2012
AKAR ! episode supernovq yg paling keren !Wajib Baca !
Rabu, September 19, 2012
subhanallah
Selasa, Oktober 30, 2012
thanks gan infonya
bisa buat tugas referensi
Kamis, Juli 11, 2013
Novel yg misterius.
Tp asik dibaca.
Bodhi adalah pembaca.
Pembaca adalah bodhi.
Sukses trus...
Posting Komentar
Selesai baca, tinggalkan jejak ya!