kok gambarnya jadi Tom & Jerry ya? haha |
Minggu pertama kuliah semester IV sudah benar-benar sibuk, sebagian besar dosen aktif mengisi dan datang tepat waktu. Salah satu jadwalku di hari kamis adalah Pengkajian Kesenian Tradisonal, ini merupakan mata kuliah pilihan yang kuambil, sebenarnya milik semester VI, tapi karena maksimal materi di semester IV hanya 22 SKS sedang aku bisa mengambil 24, maka harus memborong satu mata kuliah di semester atas. Sebenarnya aku berniat mengambil salah satu mata kuliah peminatan Linguistik di semester VI, namun secara menyebalkan semua mata kuliahnya berbenturan waktu dengan mata kuliah wajibku. Alhasil aku dan beberapa teman mengambil PKT.
Ruang kuliah A.3.09 tempat mata kuliah itu berlangsung berada di lantai tiga. Karena baru menggunakan kampus baru beberapa hari, aku belum hapal dan paham semua ruangan kuliah, terpaksa harus berkeliling mencari. Eh, tak tahunya ruang kuliah tersebut dekat dengan ruang kuliah sebelumnya. Aku ditemani Harits yang juga mengambil mata kuliah PKT, kami urung membuka pintu ruangan karena takut kalau-kalau masih ada proses perkuliahan di dalam. Di bagian atas pintu ada kaca ‘pengintai’ yang cukup tinggi, alhasil aku pun melompat-lompat untuk melihat ke dalam.
Sekilas aku melihat beberapa orang berwajah tidak biasa duduk dan ngobrol di bagian belakang kelas, aku mengambil kesimpulan bahwa tidak ada lagi proses perkuliahan. Aku membuka pintu, benar saja memang sudah lengang dan hanya ada mahasiswa yang kulihat dari luar barusan. Ruang kuliah yang bersih dan tertata rapi itu terasa nyaman, ditambah deretan jendela yang menghubungkan secara langsung pandangan ke arah jalan di depan kampus yang menanjak, dihiasi pohon-pohon besar hijau di kiri-kanannya.
Dasar Zendy, secara spontan ia langsung menuju ke tempat mahasiswa berwajah ke cina-cina-an tersebut. Kulihat ia asyik berkenalan dan ngobrol cukup lama. Dari beberapa mahasiswa yang juga mengikuti mata kuliah, aku baru tahu mereka adalah mahasiswa asal Vietnam yang kuliah di kampusku. Mereka berlima, salah satunya mirip dengan artis kung fu bruce lee, dengan rambut agak panjang lurus hitam.
Ada insiden kecil sebelum perkuliahan di mulai. Pak Agus Maladi sudah datang ditemani Mbk Yanti sebagai asisten. Nama kedua mulai mengaktifkan laptop dan menyambungkan dengan port proyektor yang menggantung di langit-langit ruangan sebelah kanan. Dari awal aku masuk LCD itu sudah nyala memantulkan nama merek di dinding depan, tapi setelah laptop dihidupkan tiba-tiba mati dan membuat bingung Mbk Yanti.
Datang pertolongan dari Mas Ashar, dengan PD-nya ia keluar dan mengambil sapu dari luar. Aku sudah tahu niatnya untuk memencet tombol on LCD, sebenarnya itu ada remotenya, tapi dibawa sama bapak penjaga. LCD itu tepat berada di atas rombongan mahasiswa Vietnam yang duduk di sana.
Ashar : misi,, misi
Mahasiswa Vietnam melongo, entah tidak mengerti ucapan Mas Ashar atau heran si ketua teater Emka menenteng sapu, hehe.
Dengan menjinjit, ujung sapu diusahakannya menekan tombol on, seluruh ruangan tertuju pada ujung gagang sapu itu, jadi aktor utama.
Anehnya, LCD itu belum juga aktif dan menunjukkan cahayanya. Usut punya usut ternyata itu karena Mbk Yanti salah mencabut colokan, yang dicabut adalah colokan LCD. Tak beberapa lama LCD aktif, slide pertama menampilkan sekelompok orang memeragakan gerakan tarian tradisional, komposisinya indah sekali.
Oh, ya! Aku lupa kalau kami sebelum insiden itu dibagikan masing-masing selembar kertas berisi Garis Besar Perkuliahan. Slide selanjutnya yang ditampilkan berisi persis dengan yang di kertas. Dijelaskan Pak Agus, kuliah pertama diisinya hanya dengan joint action atau semacam kontrak belajar. Selanjutnya beliau menerangkan materi-materi minggu ke depannya.
Sebagai Dekan FIB yang baru, beliau juga mengutarakan beberapa program baru FIB. Yang kutangkap, pertama mengadakan pementasan kesenian tradisional rutin setiap satu bulan, memeromosikan FIB lewat satu jam tayang di salah satu TV dan meluncurkan radio digital kampus. Beberapa kali aku melirik mahasiswa Vietnam, haha mereka terlihat kesulitan memaknai ucapan dosen, salah satu yang cewe mengejar dengan membuka kamus Indonesia-Vietnam, kewalahan dia.
Setelah satu setengah jam mendengarkan materi, kuliah pun berakhir. Sebagai mahasiswa yang satu ruangan dengan mahasiswa asing tersebut, aku mendekati mereka dan mulai melakukan percakapan.
Aku : u’r name?
------ : Oo sayaa, namaa sayaa H*&?>, (logatnya aneh sekali, hehe)
Aku : Hee ??
------ : Hyu,
Aku : Oo. Hyu!
Hyu : iya, sepeerti iiikan hiyuu.. haha
Aku : haha, and u? (mengarah ke yang cewe)
…… : Tuuti
Aku : hah? TUTI? (secara spontan aku kaget, namanya Indonesian banget, haha)
Tuti : Tuti!
Aku : sudah berapa lama di Indonesia?
Hyu : (yang paling lancar berbahasa Indonesia kelihatannya) enaam bulan
Tuti : mauu nanya! (mengambil kertas yang tadi dibagikan)
Aku : silakan (padahal mau bilang ala Sule, Ooo Tidak Bisa, tapi gak tega)
Tuti : inii refeerensi dii baaca seemua? Kaalau ujiian diibawa? Dii perpustaakaan ada? (pertanyaannya banyak bener)
Aku : iya, itu dibaca semua, ujiannya close book. Dicari aja di perpustakaan, sepertinya ada.
Tuti : HAH? &%>,<+--@^ (seperti mengumpat, tapi dalam Bahasa Vietnam) jadii haruus diingat (sambil menunjuk kepalanya, wajahnya benar-benar stres berat)
Mereka pergi, aku pun pergi. Kalian tahu kenapa si Tuti sampai segitu kagetnya pas kubilang bahwa referensi itu harus dibaca semua dan harus di hapal? Tak lain karena referensi yang tertulis di kertas Garis Besar Perkuliahan tersebut berjumlah 15 item, sekali lagi, 15 item, jadi harus mendapatkan 15 buku.
(agak menyesal) aku tidak mengatakan bahwa referensi itu tidak harus dibacakan semua, tapi untuk memperluas bahasan yang kebetulan disampaikan dosen, jadi tidak semua akan diutarakan dosen. Aku menyesal telah berlaku jail seperti itu, tak bisa kubayangkan si Tuti dan Hyu stres berat membaca referensi berbahasa Indonesia tersebut yang satu lagi susah dicari.
Pelajarannya adalah : jika kalian atau aku jadi mahasiswa ke luar negeri suatu saat, berhati-hatilah menghadapi mahasiswa pribumi, karena dengan gampangnya kau bakal tertipu karena belum mengerti betul tabiat dan sistem perkuliahan.
Selamat datang mahasiswa-mahasiswa luar negeri di FIB tahun ini, semoga kalian semakin cepat bisa berbahasa Indonesia dan semoga tidak ada lagi mahasiswa lain yang berperilaku seperti saya, menjaili kalian.. *sambil mengharu biru
Semarang, 05 Maret 2011
Qur’anul Hidayat Idris
0 komentar:
Posting Komentar
Selesai baca, tinggalkan jejak ya!