KENAPA aku HARUS MENULIS

Senin, 14 Februari 2011
Share this history on :

Blogger mania, 
kerap kali aku merasa ruang ini (blog) adalah rumah yang ‘lebih nyaman’ dari berbagai rumah microblogging lainnya. Hm, begitu rindu rasanya ketika meninggalkan ruang ini untuk beberapa hari saja. Aku sadar betul, rumahku ini belumlah tertata rapi dan tidak memiliki perabotan serta warna yang menarik. Kusadari betul tidaklah banyak yang mau singgah dan menghirup kopi beserta gula dan sedikit susu didalamnya. Ya! Aku sadar betul tentang itu dan AKU TIDAK MAU TAHU. Kenapa?


Bagiku menulis adalah ruang perenungan yang begitu menelaga, ketika jari menekan tuts-tuts dan mata mengarah tepat ke huruf-huruf, ada sepoi yang menyentak dan berlaga ditengah kusutnya hingar-bingar kehidupan, aku meneguk setenggak demi setenggak kopi yang dihidangkan kata-kata. Ketika aku memulai, kata itu menarik ratusan kata lain dalam benak lalu secara antri keluar lewat jari-jemari, kuhapus bila salah dan kuhukum dia untuk MENUNGGU!

Ya! Seringkali kata kusuruh menunggu “hei, carilah lain waktu untuk menjadi sepoi ya!” dan dia dengan rupa masam memutar arah masuk ke dalam bilik.

Tulisan bukanlah harus dibaca, tapi aku tidak boleh berhenti menulis untuk ia dibaca!

Sedikit absurd memang. Tapi bukankah kita menjalani realita yang sebenarnya absurd, apa yang kita perintahkan kepada tangan, mata, telinga, kaki, perut adalah hal absurd yang terkadang melampaui kesadaran yang berbentur ketaksadaran. Kita membaca retorika tubuh orang lain lalu tertawa, terbahak sebentar kemudian menangis! Bukankah kau melihat keabsurditasan matamu di dalam cermin?

Tatkala aku menulis dirumah ini, aku hanya ingin kalian yang kebetulan salah arah jalan dan singgah kesini tahu, bahwa aku mempunyai kehidupan dan sejelek apa pun ia ‘adalah pelajaran berharga’! aku yakin keburukan hanyalah pencarian waktu menuju kebaikan, dan bukankah kita tahu keburukan adalah jalan lahirnya kebaikan, begitupun sebaliknya.

Tidakkah kita merasa yang ditulis dibuku-buku dan kebanyakan yang membuat orang tergelak adalah sisi dari buruknya dirinya, dan sepantasnyalah kita menjadi tahu apa keburukan kita. 

KARENA JIKA KAU TAHU, MENULIS ADALAH PROSES KETAKSADARAN YANG ABSURD.

Setiap per detik, detik, menit, jam dan beribu hari yang kita jalani telah menyusun absurditas antrian ‘kata-kata’ dibenakmu yang semakin lama semakin tertimbun, menua, bertumpuk, bertabrakan, rusak dan pecah. Kau kehilangan berjuta peristiwa yang tidak dialami orang lain.

Jatuh cinta itu biasa, pun bagaimana mencintai seseorang! Tapi, apakah proses jatuh cinta dan mencintaimu atau ku sama dengan mu atau ku? Tentu tidak, sobat! Otak dan pengaturan peristiwa Tuhan terlalu superior dan cerdas, semua membentuk mozaik yang tak terbaca dalam sebuah kalimat. Maukah kau mengubur serakan peristiwa dan kata-kata itu meledak dikepalamu tanpa sempat kau tulis?

Absurd, sobat!
Bacalah sekali lagi agar kau mengerti alasannya!

(ketika saat ini kutulis tulisan ini, kurasakan sepoi berkumandang seperti azan dan tak kuhiraukan betapa pekatnya malam disampingku. Aku hanya ingin mencatat yang kuingat dan betapa gelinya kepalaku bila antrian paling depan kata-kata sudah menggelitik sambil berorasi “buka! Buka! Buka!” apa gunanya aku ada, bila aku meniadakan keberadaan itu)

So! Menulislah dan terus menulis
,sobat!


Semarang, 14 Februari 2010
Ditulis dalam rasa kantuk
Qur’anul Hidayat Idris (kelak pemilik K3 Press)

Related Posts by Categories

0 komentar:

Posting Komentar

Selesai baca, tinggalkan jejak ya!