Tak Seromantis Air

Selasa, 06 April 2010
Share this history on :

aku mengakui
sentuhanku tak seromantis air
yang membelai batu
hingga lena
dan terkikis sampai habis

aku menyadari
pandanganku tak seromantis air
yang menjadi cermin bagi karang
lalu mengelupasinya
tanpa mata dan rupa

aku sanggup mengata
sunyiku tak seromantis air
yang tenang waktu siang
menggenggam malam dengan pasang
bergelombang

aku sudah mencatat
rengkuhanku tak seromantis air
yang mengabarkan sebuah langit lain
lalu berubah tawar dan asin
pada dua buah samudera

aku sudah mendikte
sari hidupku tak seromantis air
yang jadi perisai hidup
kenaifan berlaku
padanya larut dan surut

aku, lalu menggambar
lukisanku tak seromantis air
yang mengajak sekawanan burung
lalu bersama bersenda ria
di tengah samudera yang mencinta
 

                                                                aku sudah mengakui itu

namun,
bila aku jadi air
tak ku kikis kau sampai habis
tak ku kelupasi wajah dan rupamu
tak ku gelombang kau di malam-malam
tak ku adu kau pada dua samudera
tak ku naifkan pada larut dan surut
tak ku senda kau bersama burung melata jalang

aku memang tak seromantis air
tapi aku lebih mencintaimu daripadanya

Tembalang-Semarang, 05-04-2010
02.45 (disubuh aku mengelana)
Qur'anul Hidayat Idris

Related Posts by Categories

0 komentar:

Posting Komentar

Selesai baca, tinggalkan jejak ya!