bulan merebah mamah di pangkuanku
diujung lidah pantai
kusemai butir doa
terserah pada bakau
dan liangliang derita
'di semak aku mengutip sepadan jalan,
mendarat tak tepat di sampan''
diujung lidah pantai
hikayat jatuh menyebut tapak lapuk
kakikai pemijak usang berlinang timang
'doi, nak!"
ditatap seratap bekap
bulan lagilagi menampik kedatanganku
padanya berpuluh putar getar jam
jaman
dan semua taman pengikatan
'di semak aku mengutip sepadan jalan,
kapan bulan mendaratkan sampan?'
HIKAYAT SAMPAN
berkata sebab itu rebab dibunyi nampan
tang tang
seperti bocor yang asin
badanbadan laut terhenti membangun sauh
di tangan beberapa nelayan
singgah berbutir ketam dan anakanak tanah
di bocor yang mulai ubin
kilap tersarap ayat miskin
bersurah jejal saat airmata bertampin
melempar pukat
melempar jerat
tang tang
rebab dibunyi
nampan dan serongkeng
membentuk wajah berdada pasir
tempat henti
yang jauh di tunai kayuh
SAUH
di atap
tubuh berendam
mengembang menjadi bukan bunga
bukan raga
sebenar kusam yang jaga
putih menghitam
melayang
layang
melayang
:layang
poripori campak ke gigitan
di eluh yang aduh
ada senyum mengembang
:sayang
melayang
berkali
layang
tinggi
ah, bukankah tak pernah berhenti
ATAS BAWAH
dimuka lupa
tertenteng sebadan kemban
lamat tersentap badan bulan
untuk ini malam jadi santapan
Bengkalis, 06 September 2010
terakhir di 12.27
Qur'anul Hidayat Idris
0 komentar:
Posting Komentar
Selesai baca, tinggalkan jejak ya!