fragmen 1 klik di sini
Mendengar
suaranya, tawanya, dan air yang mungkin jatuh ke tubuhnya. Semakin aneh karena semua
perasaan itu langsung hilang ketika aku sampai ke rumah. Aku kembali menjadi
pendiam, dingin, cuek, sensitif, pemarah dan berbagai sikap lain layaknya orang
yang tak mencinta.
Bahkan
aku pernah melakukan sesuatu yang kusesali sampai sekarang. Murni karena
kebodohanku.
Malam
itu aku sedang duduk di ruang tamu rumahku dengan mata tertuju ke laptop. Serius.
Banyak pekerjaan yang harus segera kuselaikan. Ia kemudian dengan lembut datang
membawaku segelas kopi, memberiku senyum lalu memeluk dan memijat pundakku.
Sikap dinginku datang seperti dinginnya malam. Tanganku yang sebelumnya sibuk
memencet tuts-tuts laptop tiba-tiba berhenti.
Entah
dari mana datangnya perasaan risi itu. Dengan bodohnya aku berucap, “Kau itu
tak mengerti atau pura-pura tak mengerti. Aku itu masih tak mencintaimu sama
sekali!” Mengingat kalimat ini saja ingin rasanya kutonjok kepalaku sendiri.
Bukan hanya karena kebodohanku itu, juga karena setelah mendengar ucapanku ia diam
dan tak membalas. Ia hanya melepaskan tangannya dari pundakku. Meninggalkanku
sendirian dalam perasaan yang berubah gusar.
Ia
langsung menangis, aku tahu itu. Tapi tak pernah mau ia tunjukkan padaku. Gusarku
mulai berubah menjadi perasaan bersalah. Malam itu ketika aku masuk ke kamar
tidur, ia sudah tertidur, lebih tepatnya pura-pura tertidur.
Hampir
sepanjang malam aku tak benar-benar tidur. Suara tangis tertahannya terlalu
jelas kudengar. Aku masih saja terlalu bodoh, tak memeluk dan menyeka air
matanya ketika itu. Dalam hatiku membatin, “besok pagi aku harus meminta maaf!”
Pagi
itu, betapa kagetnya aku ketika melihat ia sudah tak ada lagi di tempat tidur. Rasa
bersalah membuat pikiran negatifku terkuak. Aku lalu bergegas keluar kamar dan
melihat ke seisi ruangan. Tak ada siapa-siapa.
Aku
semakin panik dan melanjutkan pencarianku ke dapur, dan langkah cepatku
perlahan terhenti saat melihat punggungnya yang berbalut kaos berwarna biru. Ia
sedang mencuci peralatan dapurnya. Aku menoleh ke meja makan dan melihat di
sana sudah mengepul semangkuk nasi goreng.
Aku
tak memanggilnya dan sepertinya kehadiranku masih tersamar oleh bunyi air
keran. Dengan gontai aku menarik kursi meja makan, hanya diam melihat
sarapanku. Suara gesekan kaki kursi ke lantai membuatnya tersadar akan
kehadiranku. “Eh mas sudah bangun toh!
Ayo, sarapannya sudah siap.” Aku langsung membatin, wanita macam apa yang kunikahi ini?
(bersambung
cuy!)
Bagi yang ingin menikmati karya ini secara berkelanjutan dan lebih mudah tahu apabila ada cerita telah terupdate. Silakan gabung ke page di fb (KLIK DI SINI). Saya akan mentautkan ke sana. Terimakasih!
Bagi yang ingin menikmati karya ini secara berkelanjutan dan lebih mudah tahu apabila ada cerita telah terupdate. Silakan gabung ke page di fb (KLIK DI SINI). Saya akan mentautkan ke sana. Terimakasih!
oleh Qur'anul Hidayat Idris alias @Bang_Dayyy
ilustrasi terlalu bagus, jadi tak terdefinisikan :D :D
3 komentar:
Selasa, Desember 11, 2012
jiaaaaaa
brp fragmen ni Yat?
tak jd cerbung dow kan?
anyway, senang membacanya.
ditunggu fragmen selanjutnya.
eh, btw, om Bean nya dah diusir y? mantap.
^ ^
sukses selalu....!!!
Rabu, Desember 12, 2012
i'm waitng for next fragment,,, haha #menikmati
Kamis, Desember 13, 2012
Makasih yo Leni, makasih ya Puspita. Ikuti terus ceritanya. :D
Posting Komentar
Selesai baca, tinggalkan jejak ya!