Sudah berapa lama aku menunggu? Sebaiknya pertanyaan ini kau tanyakan saja pada waktu itu sendiri. Aku tak pernah mempersoalkan seberapa banyak jarum jam memutari porosnya. Aku tak peduli seberapa banyak rumput dipotong dan yang lain tumbuh. Mungkin aku hanya sekadar mengungkit tentang semua ini hanya karena pertanyaanmu. Maka, carilah pertanyaan yang lebih penting. Semisal ada berapa bintang yang sempat kuhitung?
"Berapa bintang yang sempat kau hitung?"
Oh, jangan bilang kalau kau tak kreatif sama sekali. Tapi karena moodku sedang baik. Okelah akan kujawab pertanyaanmu, atau sebenarnya pertanyaanku. Sebelum kau mendengarkan jawabanku, mengertilah terlebih dahulu tentang bintang itu sendiri. Aha sudah kutebak jawabanmu adalah gelengan, kau memang tak pernah kreatif ya?
Ok ok aku tahu kalau kau tak sabar ingin mendengar jawabanku. Atau mungkin lebih tepat sebuah cerita. Bintang itu terkadang muncul dan menghilang. Begitulah yang dipersepsikan orang-orang selama ini kepada jutaan manusia. Dan benar saja, memang bintang selalu muncul dan sering pula menghilang. Ups sebelum kau melanjutkan wajah heranmu dengan protes. Biarkan aku melanjutkan terlebih dahulu.
Setelah melihat bintang dalam kurun waktu yang tidak pendek aku mengerti satu hal. Bahwa bintang tak pernah menghilang. Kau tahu kenapa? Ketika kau memotret bintang itu dengan matamu, maka ia telah pula kau ambil sebagai bagian dari seluruh kebaradaanmu. Lalu, jika ia kau lihat di suatu waktu menghilang. Itu hanya karena kau membuatnya menghilang.
Yup. Kau yang membuatnya menghilang.
Realitas yang kubangun adalah penampakan yang tak hanya tampak. Kau tak harus mengerti dan tahu bagaimana nadimu berdetak, setiap ototmu bekerja, bahkan saat otakmu berpikir. Realitas yang tak hanya tampak tetaplah realitas. Ia bukan sebuah hal yang "hilang" dan ia bukanlah pula ketakberadaan. Ia tetaplah realitas seperti kau merasakan rambutmu sedang bergerak oleh sesuatu yang tak kau lihat.
Apakah lantas kau mengatakan angin itu tidak ada sedang seluruh atom mengetahui kau mengakui keadaannya?
Ah, tidurlah. Aku tengah belajar menunggu Tuhan lebih lama.
Semarang, 26 Maret 2012
Qur'anul Hidayat Idris
sumber gambar: di sini
14 komentar:
Senin, Maret 26, 2012
wuahhh ganti kulit ya?/
suka suka
Senin, Maret 26, 2012
Jadi menunggu Tuhan tak bisa dengan tidur ya Mas, sipppp...
Senin, Maret 26, 2012
kalo bintang bisa muncul dan menghilang, nah..kalo iman bisa turun dan naik, setuju..?
Senin, Maret 26, 2012
Ah, tidurlah. Aku tengah belajar menunggu Tuhan lebih lama <-- Suka dengan kata-kata ini!!
Lagi galau ya kk???
hahhaha
Senin, Maret 26, 2012
Bentar tak mutar otak buat ngertiin prosa ini! Ckckck
Selasa, Maret 27, 2012
Wah bagus ni artikelnya.. :)
Selasa, Maret 27, 2012
kunjungan ..
salam sukses ..:)
Rabu, Maret 28, 2012
menunggu Tuhan itu...seperti apa? :(
Senin, April 02, 2012
bahasanya komunikatif banget.. seru..
cuma aq masih bingung antara penungguan tuhan, dg penjabaran kronologis di atas..
yg aku tangkep hanya, bhwa kita sebagai manusia jgn salah mengartikan bhwa setiap yg ad di dunia ini adalah materiil, namun materiil juga ikut andil dlm menentukan alur hidup kita..
maknanya kurang berasa aja sih menurutku..
di tunggu karya selanjutnya
Senin, April 02, 2012
maaf mksudq d atas imateriil juga ikut andil dlm menentukan alur hidup kita..
Rabu, April 11, 2012
kunjungan gan .,.
bagi" motivasi
Saat kamu menemui batu sandungan janganlah kamu ptus asa,
karena semua itu pasti akan ada solusinya.,.
si tunggu kunjungan baliknya gan.,
Minggu, April 15, 2012
salam kenal ..
Selasa, Mei 22, 2012
Kunci keberhasilan adalah menanamkan kebiasaan sepanjang hidup Anda untuk melakukan hal - hal yang Anda takuti.
tetap semangat tinggi untuk jalani hari ini ya gan ! ditunggu kunjungannya :D
Jumat, September 28, 2012
waw.... keren boi :)
Posting Komentar
Selesai baca, tinggalkan jejak ya!