8 Strategi Bicara

Jumat, 12 Oktober 2012

Malam ini saya ingin ngeposting santai tentang kultwitku (twit bersambung dan berkesinambungan) tentang BICARA. Kalian bisa cek di @QuranulHidayat (cek di sini) dan hashtag #qhi

cekiprit ya:

Ketika kamu berargumen, laluilah proses mendengarkan terlebih dahulu. Dengan begitu, kau bisa mengatur strategi bicara.

Thank you for smoking adalah film menarik tentang bagaimana "bicara" aka berargumen tanpa harus selalu benar. Mau tahu kenapa? simak. 

0 Tetap Tegaklah, KPK!

Sabtu, 06 Oktober 2012
gambar
Oleh: Qur’anul Hidayat Idris

Save KPK! Save Indonesia!”

Kata-kata di atas menggema baik di depan Gedung KPK mau pun di ranah dunia maya semacam facebook, twitter dan blog. Semua orang seakan “ditampar” keras hingga sadar bahwa KPK tengah mendapat ancaman dan sesegera mungkin harus dibela.
Reaksi masyarakat ini tak lepas dari harapan yang digantungkan di “pundak KPK” untuk segera—secara bertahap—menyingkirkan berbagai kasus korupsi di tanah air yang semakin menjamur. KPK bagi masyarakat Indonesia menjelma seperti sosok superhero yang memberi sepercik harapan akan hadirnya keadilan. Mereka jelas sudah terlalu muak melihat setiap hari satu persatu “harta” mereka hilang, lenyap oleh segelintir orang.

2 NOAH BORN TO MAKE HISTORY




Oleh: Qur’anul Hidayat Idris

Rasa-rasanya tak perlu terlalu kaget dengan animo yang begitu besar dari masyarakat tanah air maupun di luar negeri atas kembalinya Ariel, Uki, Reza, Lukman, dan David ke balantika musik. Transformasi nama tak merubah banyak hal atas popularitas yang seperti sudah melekat di kulit para personil yang dulu bernama Peterpan itu. Noah, nama yang mungkin ketika diluncurkan tak terlalu familiar kini semakin nempel di ingatan. Tak ada keraguan bahwa mereka akan kembali menduduki “tampuk kekuasaan” di kerajaan musik Indonesia.

0 Memancing Bulan di Sumur Terdalam

Jumat, 05 Oktober 2012
gambar dari sini


Oleh: Qur’anul Hidayat Idris

*Tulisan ini digunakan sebagai bahan diskusi oleh calon peserta magang LPM Hayamwuruk

Seorang pemuda termenung di malam hari, ketika itu Ia melihat bulan gagah terpancang di langit. Ia kemudian berkata pada dirinya sendiri, “indahnya bulan malam ini!”. Lalu Ia berhenti pada pengertiannya bahwa bulan itu “indah”. Ia tak melanjutkan dengan keterangan-keterangan lain yang memperjelas “keadaan” bulan yang sedang Ia lihat. Bisa jadi Ia memang tidak bisa melanjutkan pemikirannya atau Ia memang tak mau susah-susah untuk itu.